Tulisan ini akan membuat kamu sadar bahwa hidupmu adalah hasil karyamu sendiri, bukan orang lain
Hari ini, aku ingin kamu berhenti sebentar. Tarik napas. Lihat ke sekeliling. Lalu, tanyakan satu hal pada dirimu sendiri:
“Siapa yang benar-benar membuat hidupku seperti ini?”
Kalau jawaban pertamamu adalah “orang tua”, “pasangan”, atau “keadaan”, mungkin kamu perlu duduk lebih lama. Karena, sejujurnya, hidupmu yang sekarang… adalah hasil dari pilihan-pilihan kecil yang kamu buat setiap hari. Pilihan yang kamu sadari, ataupun tidak.
Aku pernah menyalahkan banyak hal. Lingkungan. Teman. Takdir. Bahkan Tuhan. Tapi semakin aku menua, aku sadar bahwa semua itu cuma cara diriku menghindar dari tanggung jawab paling besar: bertanggung jawab atas hidupku sendiri.
Kamu tahu kan, seperti saat kita menulis sebuah cerita? Kadang kita kesal karena alurnya nggak berjalan seperti yang kita mau. Tapi kemudian aku sadar, kalau aku yang pegang pena itu. Aku yang menulisnya. Jadi kalau ceritanya kacau, itu bukan karena tokoh lain, tapi karena aku sendiri yang belum tahu bagaimana cara menyusunnya.
Hidup kita juga seperti itu. Pena itu ada di tanganmu. Bukan di tangan orang lain. Tapi seringkali kita biarkan orang lain yang menentukan paragraf berikutnya. Kita biarkan mereka memberi titik pada kalimat yang belum selesai. Kita izinkan mereka mengubah makna dari cerita yang sebenarnya ingin kita tulis sendiri.
Dan kalau kamu bertanya, “Lalu kenapa aku merasa terjebak?” Mungkin karena kamu sedang menulis dengan kata-kata orang lain. Bukan kata hatimu sendiri.
Dulu aku pikir aku tidak cukup pintar karena nilai-nilaiku biasa saja. Aku pikir aku tidak cukup menarik karena tidak banyak orang yang memujiku. Aku pikir aku tidak akan bisa hidup enak karena tidak punya modal. Semua itu tertanam karena suara-suara dari luar lebih keras daripada suara dari dalam diriku sendiri.
Tapi kemudian aku mulai mendengarkan. Suara kecil itu. Suara yang bilang, “Kamu nggak harus jadi seperti mereka. Kamu hanya perlu jadi dirimu sendiri.” Dan sejak itu, semuanya pelan-pelan berubah. Bukan karena hidupku tiba-tiba jadi mudah, tapi karena aku mulai mengerti bahwa segala yang aku miliki—cara berpikirku, cara aku memandang sesuatu, bahkan luka-luka masa laluku—semuanya adalah bahan baku untuk membentuk versi terbaik dari diriku sendiri.
Sekarang, aku ingin kamu tahu satu hal penting:
Tidak ada satupun orang yang benar-benar bisa mengendalikan hidupmu selain kamu sendiri.
Bahkan ketika kamu merasa tidak punya pilihan, sebenarnya kamu tetap sedang memilih. Memilih untuk diam. Memilih untuk bertahan. Memilih untuk menyerah. Semua itu tetap pilihan. Dan semua pilihan itu… akan jadi bagian dari lukisan besarmu.
Kamu adalah pelukisnya. Kamu yang memegang kuas itu.
Jadi saat kamu melihat cermin hari ini, jangan cuma lihat wajah yang lelah atau mata yang berkaca. Lihat lebih dalam. Itu adalah wajah dari seseorang yang sedang menciptakan karya terbesar dalam hidupnya—dirinya sendiri.
Jangan takut jika hari ini warnanya masih kusam. Kamu belum selesai menggambar.
Dan kalau kamu pernah bertanya, “Kapan hidupku berubah?” Mungkin jawabannya adalah saat ini.
Saat kamu berhenti menyalahkan orang lain, dan mulai bertanya: “Apa yang bisa aku ubah dari diriku?”
Karena hidup ini… sepenuhnya adalah karya milikmu. Bukan milik siapapun.
Semoga tulisan ini bisa memberikan sedikit insight untuk siapapun kamu yang membaca tulisanku ini. Setidaknya, untuk diriku sendiri yang selalu berkunjung kembali dan membaca ulang setiap tulisan yang aku buat.
Dear Kande,
Kamu sudah melakukan yang terbaik yang kamu bisa. Tapi jangan lupa untuk membaca kembali dan coba review lagi apa yang kamu tulis. Aku mencintaimu dan semua kemurnian di dalam dirimu.
It’s me, Kande.
Gabung dalam percakapan